Bridge to Terabithia

Berkisah tentang dua orang anak kecil seumuran SD. Jess dan Leslie sama-sama dianggap freaks di sekolahnya. Jess, anak petani miskin yang berbakat melukis. Sedang Leslie adalah cewek tomboy yang hobi bertualang. Dua sahabat cilik kita ini senang bermain di hutan. Mereka membuat semacam “secret place” di seberang sungai yang hanya bisa dicapai dengan berayun pada sebuah tali. Secret Place klasik anak-anak berupa rumah pohon dengan tangga talinya.

Dunia anak-anak dunia penuh imajinasi. Begitu juga dengan dunianya Jess dan Leslie. Capung di sekitar “secret place” mereka, diimajinasikan sebagai pasukan-pasukan pemberani dengan busur dan pedangnya. Suara berisik dari sebuah mobil bekas akibat tiupan angin adalah suara monster-monster narapidana yang hendak keluar penjara. PT, anjingnya Leslie adalah pemburu Troll raksasa yang handal. Tupai dan burung adalah anak buah Pangeran Kegelapan yang berniat menghancurkan kerajaan mereka. Kerajaan imajinatif mereka, Terabithia.

Cerita mencapai puncaknya ketika Leslie meninggal akibat mencoba berayun saat pergi ke Terabithia. Leslie jatuh, kepalanya terbentur lalu hanyut di sungai. Sementara pada saat yang bersamaan Jess sedang “kencan” dengan guru keseniannya di sebuah museum di kota. Pada saat akan berangkat ke museum, sempat terpikirkan oleh Jess untuk mengajak Leslie. Namun niat itu diurungkan, sehingga Jess hanya pergi berdua saja dengan guru keseniannya yang sungguh cantik dengan mata hijau itu. Seandainya Jess mengajak Leslie, tentu Leslie tidak akan berayun dengan tali itu dan meninggal. Jess, pada usia sekecil dipaksa menanggung perasaan merasa bersalah yang sungguh berat.

Masa kanak-kanak memang masa paling indah. Dunia penuh keceriaan, imajinasi . Dunia tanpa beban pikiran. Apapun yang ada di dunia selalu terlihat tidak seperti apa adanya. Mata anak-anak selalu melihat sesuatu lebih indah daripada yang seharusnya. Karena dipadukan dengan sentuhan-sentuhan imajinatif murni yang berasal dari otak yang belum terkontaminasi oleh masalah-masalah duniawi. Sungguh menyenangkan menjadi anak-anak.

Menonton film ini seolah bernostalgia kembali dengan masa lalu. Aku masih ingat, sekitar 13 tahun yang lalu, aku dan temanku Riko juga mempunya “secret place” yang padahal hanya berupa kolong meja yang diberi kain penutup. Untuk penerangan kami menggunakan senter yang diikat pada salah satu kaki meja dengan karet gelang. Banyak kegiatan disana, mulai dari main kartu, hingga rapat menyerang pasukan musuh. Aku juga sering bermain perang-perangan bersama temanku yang lain, Jel. Kami menggunakan meja makan rumahku sebagai tank yang siap menembak tentara-tentara Belanda. Sebuah kotak kayu yang ada di salah satu sudut meja makan aku imajinasikan sebagai radio yang selalu memperdengarkan lagu-lagu perjuangan yang memompa semangat kami. Perang selalu berakhir pukul setengah tiga, yaitu pada saat TVRI memulai siarannya dan memperdengarkan lagu Indonesia Raya. Sebuah kertas berwarna merah dan putih sudah kami siapkan sebagai bendera yang ditancapkan di tembok rumahku.
Jel dan Riki juga mempunyai “secret place”. Secret Place mereka berupa sebuah lobang yang dilapisi batu-batu marmer. Lobang itu dilindungi oleh pohon pisang di sekelilingnya. Melalui celah-celah pohon pisang tersebut, mereka bisa mengintai dan menembak musuh. Di salah satu sudut lobang terdapat banyak amunisi berupa peluru lontar yang terbuat dari kertas. Karet gelang adalah alat untuk melontarkan peluru itu. Mereka bilang peluru itu akan mereka gunakan untuk menembak anak tetangga yang baru pindah di lingkungan kami.

Sungguh masa-masa indah yang sayang sekali sudah terlewati dan tidak akan pernah kembali lagi.…….

Daya tarik lain Bridge to Terabithia adalah karakter tokoh-tokohnya yang unik dan menarik. Jess setiap hari selalu melihat orangtuanya bingung memikirkan masalah biaya. Jess, seolah muak melihat keseriusan orang dewasa menjalani hidup. Terabithia adalah temapat dimana imajinasi Jess bekerja maksimal. Leslie dari awal adalah cewek menarik dengan stelan tomboynya. Peka terhadap lingkungan sekitarnya dan sangat pintar berimajinasi serta menumpahkan imajinasinya tersebut dalam bentuk tulisan. Dari awal penonton sudah dipaksa untuk menyukai tokoh yang satu ini. Sungguh hati ini runtuh rasanya saat mengetahui Leslie meninggal. Perasaan serupa juga aku rasakan ketika membaca komik Cross Game volume I. Aoba, gadis cilik periang yang meninggal hanyut di sungai karena menolong seorang anak.

Film anak-anak memang selalu menghibur. Sulit untuk dilupakan. Jadi pengen nonton Little Manhattan lagu nih, Film yang kutonton hampir setahun lalu. ke VIP lagi ah….

1 Komentar

Filed under Film

1 responses to “Bridge to Terabithia

  1. rere

    Film anak-anak yang sama sekali bukan untuk anak-anak…
    Thanks dah minjemin…heheheh

Tinggalkan komentar